Sat. Nov 15th, 2025

Napak Tilas Warisan Kolonial

🏛️ Sejarah Kota Tua Jakarta: Napak Tilas Warisan Kolonial

 

Kota Tua Jakarta, yang juga dikenal sebagai Oud Batavia (Batavia Lama), adalah cerminan dari ambisi dagang dan pemerintahan kolonial Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di Nusantara. Kawasan seluas 1,3 kilometer persegi ini melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

 

1. Era Sebelum VOC: Sunda Kelapa dan Jayakarta

 

Tahun Nama Kawasan Peristiwa Penting
Abad ke-12 Sunda Kelapa Pelabuhan utama Kerajaan Sunda, menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang dari Tiongkok, Arab, dan India.
1527 Jayakarta Pasukan Fatahillah dari Kesultanan Demak berhasil merebut pelabuhan dari Portugis. Nama diubah menjadi Jayakarta yang berarti “kemenangan yang sempurna.”

 

2. Era VOC: Kelahiran Batavia (1619–1800-an)

 

Pada tahun 1619, VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen menghancurkan Jayakarta dan mendirikan kota baru di reruntuhannya, yang dinamai Batavia, sebagai penghormatan kepada leluhur bangsa Belanda, Batavieren.

  • Pusat Kekuasaan: Batavia didesain meniru kota-kota di Belanda, lengkap dengan kanal-kanal air, benteng (Kasteel Batavia), dan dinding kota. Kota ini berpusat di sekitar wilayah yang kini menjadi Lapangan Fatahillah.
  • Fungsi: Batavia menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur, mengendalikan seluruh jalur perdagangan rempah di Asia Tenggara.
  • Kemunduran: Karena sanitasi yang buruk, kanal-kanal yang macet, dan wabah tropis, Batavia menjadi tidak sehat. Hal ini mendorong pusat pemerintahan dan pemukiman elite pindah ke selatan, ke wilayah Weltevreden (sekitar Lapangan Banteng dan Lapangan Merdeka sekarang) pada abad ke-19.

 

3. Pasca-Kolonial Hingga Revitalisasi

 

  • 1942: Pada masa pendudukan Jepang, nama Batavia diganti menjadi Jakarta.
  • 1972: Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan keputusan resmi yang menetapkan Kota Tua sebagai situs warisan budaya (heritage site) untuk melindungi arsitektur kolonial yang tersisa.
  • Saat Ini: Kawasan ini bertransformasi menjadi destinasi wisata utama yang menawarkan perpaduan sejarah, seni, dan ekonomi kreatif.

 

🏛️ Warisan Arsitektur Kolonial yang Ikonik

 

Beberapa bangunan utama di Kota Tua yang menjadi saksi bisu masa kolonial:

 

1. Museum Sejarah Jakarta (Dahulu Stadhuis/Balai Kota Batavia)

 

Asal-Usul Arsitektur Fungsi Asli Fungsi Sekarang
Dibangun 1707–1710, diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeeck. Gaya Barok Klasik (Neoklasik), bangunan tiga lantai, cat putih kekuningan, kusen kayu jati hijau tua. Balai Kota (Stadhuis), pusat administrasi, pengadilan, dan penjara bawah tanah. Museum Sejarah Jakarta, memamerkan perjalanan sejarah kota dari prasejarah hingga modern.

 

2. Pelabuhan Sunda Kelapa

 

  • Meskipun tidak lagi menjadi pelabuhan dagang utama, Pelabuhan Sunda Kelapa tetap beroperasi sebagai pelabuhan kapal tradisional Phinisi yang mengangkut barang antarpulau.
  • Pelabuhan ini adalah titik awal sejarah Kota Tua dan menjadi bukti nyata fungsi kawasan ini sebagai simpul maritim Nusantara.

 

3. Bangunan Penting Lain

 

  • Museum Wayang: Dahulu merupakan Gereja Lama Belanda (De Oude Hollandsche Kerk).
  • Toko Merah: Bangunan landhuis (rumah pedesaan) bergaya arsitektur Tiongkok-Belanda yang kini menjadi ruang pameran dan tempat kegiatan seni.
  • Museum Bank Indonesia: Dahulu merupakan kantor pusat De Javasche Bank (Bank Sentral Hindia Belanda).

 

🔄 Revitalisasi Terkini dan Dampaknya

 

Sejak dekret tahun 1972, upaya pelestarian terus dilakukan, dan belakangan ini fokus pada revitalisasi fisik dan konektivitas.

  • Pedestrianisasi (Zona Bebas Kendaraan): Beberapa ruas jalan, terutama di sekitar Lapangan Fatahillah, dijadikan area bebas kendaraan bermotor (LEZ). Hal ini menciptakan ruang pejalan kaki yang lebih luas, ramah disabilitas, dan aman bagi pesepeda.
  • Integrasi Transportasi Publik: Revitalisasi fokus pada integrasi dengan sarana transportasi publik (TransJakarta dan KRL), menjadikan Kota Tua sebagai kawasan TOD (Transit-Oriented Development).
  • Dampak Sosial dan Ekonomi:
    • Pariwisata: Peningkatan kualitas lingkungan (lebih aman, nyaman, dan interaktif) telah meningkatkan preferensi berkunjung wisatawan, baik lokal maupun asing.
    • Ekonomi Kreatif: Penataan ruang mendorong munculnya aktivitas seni, komunitas seniman, dan pedagang yang beradaptasi dengan konsep wisata kreatif.
    • Pelestarian: Upaya kolektif ini bertujuan untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global tanpa menghapus warisan sejarah dan akar kebudayaannya.

By admin

Related Post